Sutasoma : Kakawin Ajaran Bhinneka Tunggal Ika

 

Kakawin Sutasoma adalah karya sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14 M. Kitab ini terkenal karena memuat ajaran "Bhinneka Tunggal Ika", yang kemudian dijadikan semboyan nasional Indonesia.


Penulis Kakawin Sutasoma

  • Nama: Mpu Tantular
  • Zaman: Kerajaan Majapahit (abad ke-14)
  • Latar Belakang: Seorang pujangga istana yang mendalami agama Hindu dan Buddha.

Isi Kakawin Sutasoma

Kakawin ini mengisahkan perjalanan Pangeran Sutasoma, seorang pangeran dari keluarga bangsawan yang memilih meninggalkan kehidupan istana untuk mencari kesempurnaan spiritual.

Ringkasan Kisah

  1. Sutasoma Menolak Tahta

    • Putra seorang raja, Sutasoma memilih meninggalkan istana untuk menjadi seorang pertapa.
    • Ia ingin mendalami ajaran dharma dan mencapai pencerahan spiritual.
  2. Perjalanan dan Ujian

    • Dalam perjalanannya, ia menghadapi berbagai rintangan, termasuk melawan raksasa, hewan buas, dan makhluk jahat.
    • Namun, dengan kebijaksanaan dan kesucian hati, ia mampu mengalahkan semua lawan tanpa kekerasan.
  3. Pertarungan dengan Raja Kalmasapada

    • Seorang raja tiran bernama Kalmasapada ingin mengorbankan 100 raja untuk dewa Batara Kala.
    • Sutasoma menawarkan dirinya sebagai pengganti 100 raja tersebut.
    • Melihat pengorbanan Sutasoma, Batara Kala pun luluh dan membebaskannya.
  4. Pesan Moral: Bhinneka Tunggal Ika

    • Di dalam kitab ini terdapat ungkapan terkenal:

      "Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa"
      (Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua).

    • Ungkapan ini mengajarkan toleransi antara Hindu dan Buddha, serta pentingnya persatuan dalam perbedaan.


Keistimewaan Kakawin Sutasoma

  1. Mengajarkan Toleransi dan Persatuan

    • Ajaran Bhinneka Tunggal Ika menekankan bahwa meskipun ada perbedaan keyakinan, manusia tetap harus hidup berdampingan dengan damai.
  2. Sutasoma sebagai Simbol Kepemimpinan Ideal

    • Sutasoma digambarkan sebagai pemimpin yang bijaksana, penuh kasih, dan mengutamakan dharma (kebenaran).
  3. Karya Sastra Hindu-Buddha yang Unik

    • Menggabungkan unsur Hindu dan Buddha dalam satu kisah, mencerminkan keragaman spiritual di zaman Majapahit.

Kesimpulan

Kakawin Sutasoma adalah mahakarya sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai toleransi, kebijaksanaan, dan kepemimpinan yang ideal. Ajarannya tentang Bhinneka Tunggal Ika menjadi warisan penting yang menginspirasi persatuan bangsa Indonesia hingga saat ini.

Apakah Anda ingin mengetahui lebih dalam tentang bagian tertentu dari kakawin ini? 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi Keberkahan Hidup : Keutamaan Menyantuni Anak Yatim Piatu di Bulan Ramadhan

Harapan Mantan Sang KS

BANGUN MASJID, GEDUNG SERBA GUNA & ASRAMA PONDOK PESANTREN