Cerpen : Geliat Kehidupan di Desa Girimukti
Matahari baru saja menampakkan wajahnya ketika Sarman keluar dari rumah panggungnya yang sederhana. Ia menarik napas panjang, menikmati udara segar yang masih dipenuhi embun. Dari kejauhan, suara kokok ayam dan sapi yang meringkik di kandang menandakan pagi telah benar-benar dimulai di Desa Girimukti.
Seperti biasa, Sarman menyiapkan cangkulnya dan berjalan menuju sawah di pinggir desa. Di sana, ia bertemu dengan Kang Darsa, tetangga sekaligus sahabat lamanya. Mereka bekerja bersama, mencangkul tanah dan menanam bibit padi.
"Kita harus segera selesai sebelum hujan turun siang nanti," kata Kang Darsa sambil mengusap keringat di dahinya.
Sarman mengangguk. Hidup di desa memang sederhana, tapi penuh perjuangan. Apalagi harga pupuk dan beras kadang naik turun, membuat para petani seperti mereka harus pintar-pintar mengatur hasil panen.
Di tengah kesibukan mereka, lewatlah seorang pemuda bernama Jaka, yang baru saja pulang dari kota. Ia membawa kabar bahwa ada program koperasi pertanian yang sedang dirancang oleh pemerintah desa.
"Koperasi ini bisa bantu kita dapat pupuk lebih murah dan menjual beras dengan harga lebih baik," kata Jaka bersemangat.
Sarman dan Kang Darsa saling pandang. Sudah lama mereka ingin agar hasil panen mereka tidak selalu ditentukan oleh tengkulak yang membeli dengan harga murah.
"Kalau benar bisa membantu, kenapa tidak kita coba?" kata Kang Darsa akhirnya.
Hari itu, obrolan mereka di sawah menjadi awal dari perubahan besar di Desa Girimukti. Para petani mulai berdiskusi, berbagi gagasan, dan bekerja sama demi kehidupan yang lebih baik. Hidup di desa memang penuh tantangan, tapi dengan kebersamaan, segala hal bisa dihadapi.
Bagaimana menurut Anda? Apakah ada elemen lain yang ingin ditambahkan?
Komentar
Posting Komentar